Monday, February 21, 2011

Halal jika Dicuci

Kopi Luwak Halal jika Dicuci
Penulis: Icha Rastika | Editor: A. Wisnubrata
Selasa, 20 Juli 2010 | 17:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Melalui fatwa nomor 4, 20 Juli 2010, Majelis Ulama Indonesia atau MUI menyatakan bahwa kopi luwak, yakni kopi yang diolah dari biji kopi yang diambil dari kotoran hewan luwak (musang), termasuk halal atau boleh dikonsumsi umat Islam. Namun, biji kopi luwak harus melalui pencucian terlebih dahulu sebelum dapat dikatakan halal.
"Statusnya biji kopi luwak adalah mutanajis, artinya suatu benda yang terkena najis. Mutanajis itu jika dibersihkan, dicuci, maka biji kopi itu suci, halal, bisa dikonsumsi," ujar Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Aminudin Yakub, Selasa (20/7/2010).

Musang Liar Lebih Enak

Kopi Luwak dari Musang Liar Lebih Enak
Editor: Ignatius Sawabi
Selasa, 20 Juli 2010 | 14:32 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com - Kopi luwak yang diproduksi dari musang liar, tampaknya lebih diminati dibanding dari musang yang diternakkan karena cita rasanya berbeda, kata  Manager Director Morning Glory Cafe Cofee, Michael Utama.       "Kami menyediakan kopi luwak yang berasal dari musang liar, karena menurut para penggemar kopi musang liar mempunyai cita rasa yang khas, sedangkan untuk musang yang diternakan biasa saja," tutur Michael di Bandung, Selasa (20/7/2010).       Oleh karena cita rasanya yang khas, maka kopi luwak diproduksi dari musang liar harganya lebih mahal. Produksi kopi luwak di  Jawa Barat hanya 1 persen per tahun, itupun permintaan banyak datang dari warga negara asing yang berkunjung ke Bandung," katanya.       Ia mengambil kopi luwak paling banyak dari daerah Sumendang dan Pangalengan. Setiap bulan di Cafe itu menghabiskan sekitar 300 gram kopi.       Kopi luwak yang banyak diminati konsumen pada umumnya, yakni kopi luwak yang berasal dari musang liar atau yang tidak diternak, harga satu kilogram kopi luwak liar bisa mencapai Rp6 juta per kilogram kopi bubuk. Sedangkan kopi luwak yang berasal dari luwak diternakan harganya sekitar Rp1 juta perkilogram kopi bubuk, tambahnya.       Di Bandung sendiri hingga kini baru ada dua kedai kopi luwak, tambahnya. "Untuk Indonesia konsumsi atau produksi kopi luwak yakni sekitar 1-5 persen per tahunnya, hal ini dikarenakan harganya yang sangat mahal. Jadi tidak dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat yang menyukai kopi," ujar Micahel.
sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/07/20/14324683/Kopi.Luwak.dari.Musang.Liar.Lebih.Enak

Tambah Laris

Dan, Kopi Luwak Pun Tambah Laris
Editor: Ignatius Sawabi
Senin, 2 Agustus 2010 | 08:16 WIB
LIWA, KOMPAS.com — Diskusi panjang tentang halal atau haramnya kopi luwak menguntungkan pedagang komoditas tersebut. Penjualan kopi luak di Kabupaten Lampung Barat meningkat hingga 30 persen meski harganya termasuk mahal, yakni  Rp 200.000-Rp 750.000 per kilogram.      "Belakangan ini masyarakat luas semakin ingin tahu bagaimana rasa kopi luak sesungguhnya sehingga penjualannya meningkat," kata pedagang kopi luwak Wahyudi Santoso di Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat, sekitar 278 km sebelah barat Bandar Lampung, Senin (2/8/2010).      Ia mengatakan, kenaikan penjualan kopi luak itu sangat menguntungkan para petani. Minat tinggi masyarakat terhadap jenis kopi itu juga terlihat pada Pameran Pembangunan Lampung yang dilaksanakan di Bandar Lampung mulai Juli.     "Respons masyarakat luas terlihat di pelaksanaan Lampung Fair itu. Mereka menggali lebih jauh tentang kopi luak, baik peternakan, pembudidayaan, hingga proses menjadi kopi bubuk," katanya.     Ia menyebutkan, dirinya dalam pameran pembangunan itu mampu menjual 70 kg kopi bubuk luak. Kopi luak asal Kabupaten Lampung Barat memiliki mutu tinggi sehingga permintaan komoditas itu cenderung naik dari tahun ke tahun.

Rp 9 Juta Per Kg

Kopi Luwak Arabika Rp 9 Juta Per Kg
Editor: Ignatius Sawabi
Jumat, 6 Agustus 2010 | 11:44 WIB

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com — Pemasaran kopi luwak robusta Lampung yang saat ini volumenya masih kecil perlu penetrasi pasar sehingga kopi hasil fermentasi itu bisa dikenal luas, baik di dalam maupun luar negeri.
"Promosi untuk mencari konsumen, terutama di luar negeri, harus gencar dilakukan pengusaha maupun petani yang membudidayakan kopi luwak," kata Ketua Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung Muchtar Lutfie.
Menurut dia, peningkatan kualitas serta cita rasa khas kopi luwak juga harus dipertahankan agar konsumen berminat membeli. Kontinuitas produksi, menurut Muchtar, harus stabil tidak lebih ataupun berkurang. "Kopi luwak adalah kopi spesial sehingga mutu, cita rasa dan kontinuitas produksi harus terjaga," ujarnya.
Saat ini konsumen kopi luwak robusta Lampung di dalam negeri masih sedikit karena  sulit didapat dan harganya mahal. Menurut dia, konsumen kopi luwak robusta di luar negeri  hingga saat ini belum ada karena itu perlu promosi terus-menerus.

untuk Obat Sakit Kepala

Kopi Luwak untuk Obat Sakit Kepala
Editor: Ignatius Sawabi
Senin, 16 Agustus 2010 | 08:47 WIB
LIWA, KOMPAS.com — Kabupaten Lampung Barat juga terus memproduksi kopi luwak karena permintaan kopi itu cukup besar. "Kopi luwak memiliki khasiat besar untuk kesehatan," kata Sapri, pengusaha kopi luwak di Keluharan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat, Senin (16/8/2010).     Dia mengatakan, jumlah pelanggan kopi luwak semakin bertambah. "Sedikit demi sedikit pelanggan saya bertambah. Mereka rata-rata ingin menikmati kopi luwak sekaligus mengobati keluhan sakit kepala dan sakit lainnya," katanya.      Karena kopi luwak diyakini bermanfaat bagi kesehatan, penjualan kopi itu meningkat sehingga menambah keuntungan pengusaha kopi luwak.      Kopi luwak Lampung Barat memiliki mutu yang tinggi. Harga kopi bubuk luwak mencapai Rp 750.000 per kg
sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/08/16/08472093/Kopi.Luwak.untuk.Obat.Sakit.Kepala

Dulu Jijik Sekarang Diburu

Kopi Luwak, Dulu Jijik Sekarang Diburu
Editor: yuli
Selasa, 24 Agustus 2010 | 05:22 WIB

LIWA, KOMPAS.com - Sebagian warga Lampung Barat melakukan kegiatan ngelahang atau mencari biji kopi bercampur kotoran luwak di perkebunan atau hutan karena tergiur harga tinggi.
"Karena kopi luwak begitu mahal, saya tertarik mencari kotoran luwak di area perkebunan atau pun di daerah hutan, dan ternyata kopi luwak yang saya buru, bisa membantu ekonomi keluarga," kata petani kopi, Sumarno (49), warga Pekon (Desa) Way Ngison, Kecamatan Batuketulis, Lampung Barat, sekitar 264 kilometer dari Bandarlampung,  Selasa (24/8/2010).
Dia menjelaskan, memburu kopi luwak cukup menyenangkan karena selain dapat mengisi kekosongan setelah melakukan panen, sekaligus memberi tambahan penghasilan.
Namun, lanjut dia, hasil pencarian kopi luwak tidak menentu kalau nasib sedang baik, dalam satu hari mampu mendapatkan satu hingga dua kilogram kopi luwak, bahkan pernah tidak mendapat sama sekali.
Warga lainya Sulaiman menjelaskan, mencari kotoran luwak tidak begitu sulit. "Mencari kotoran luwak harus memperhatikan mekanisme perburuan dengan mengikuti jejak luwak, mengikuti bekas makan luwak tersebut," tuturnya.

Cerita tentang Kopi Luwak

Cerita tentang Kopi Luwak Lampung
Editor: Heru Margianto


\KOMPAS/YULVIANUS HARJONO Kotoran luwak yang berisi biji-biji kopi dikumpulkan untuk kemudian diolah menjadi kopi luwak di Way Mengaku, Lampung Barat, Provinsi Lampung. Kopi luwak memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi karena banyak digemari penikmat kopi di mancanegara.

KOMPAS.com - Pernah mencicipi minum kopi luwak? Sebutan kopi luwak ini begitu istimewa karena kekhasan proses, kelangkaan, dan citarasa yang unik yang tidak ditemui dalam kopi jenis lainnya.

Kopi luwak memiliki rasa seimbang antara manis, pahit dan asam, terasa lebih lama, "fruty", tidak cacat, tidak "earthy" karena penjaminan kebersihan saat pengumpulan biji kopi.

Selain itu kandungan protein yang rendah pada kopi luwak menghasilkan citarasa yang superior. Itu terjadi karena saat proses pencernaan di perut luwak, protein tercerna dan keluar dari biji kopi. Protein pada kopi menyebabkan rasa bitter saat proses roasting. Jadi semakin rendah kadar protein dalam kopi semakin kurang "bitterness" kopi tersebut.

Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil kopi robusta terbesar di Tanah Air dengan produksi sekitar 140.000 hingga 150.000 ton per tahun. Daerah itu juga selama ini dikenal sebagai salah satu produsen utama kopi Indonesia dan ’pintu gerbang’ utama ekspor kopi Indonesia.

Areal kopi robusta di Lampung seluas 163.000 ha, dan petani yang terlibat dalam budidaya kopi sebanyak 200.000 kepala keluarga.

Bagaimana perkembangan kopi luwak robusta Lampung? Sejak beberapa tahun terakhir sejumlah petani di daerah itu terutama sentra perkebunan kopi seperti Lampung Barat dan Tanggamus mulai mengembangkan budidaya kopi luwak.

Kini Jadi Maskot

Dulu Dianggap Hama, Kini Jadi Maskot
Editor: A. Wisnubrata
Minggu, 19 Desember 2010 | 13:59 WIB
KOMPAS/LASTI KURNIA Kemasan kopi luwak rumahan yang dihasilkan Sukardi dengan merek Kupi Musong Liwa di Way Mengaku, Liwa, Lampung Barat, Lampung, Jumat (10/12/2010). Perajin kopi luwak di Way Mengaku umumnya menyatakan masih kesulitan mendapatkan paten.

KOMPAS.com — Berkat luwak, nama kota Liwa mendunia. Hewan sejenis musang itu pun kemudian dijadikan maskot daerah. Gambarnya bertaburan di pakaian batik berwarna merah yang wajib dikenakan para pegawai negeri sipil di Lampung Barat setiap Jumat.
Tak disangka-sangka, keberadaan luwak secara alamiah itu akhirnya menjadi begitu berarti. Padahal, selama ini masyarakat Lampung Barat dan petani kopi di Liwa khususnya menganggap binatang tersebut sebagai hama.
Selain sering memakan kopi di kebun, luwak-luwak liar kerap masuk ke perkampungan dan mencuri ayam milik warga. Kebun-kebun pisang, pepaya, dan kakao pun tak luput dari hewan omnivora, pemangsa berbagai macam makanan—baik daging maupun buah-buahan—itu.
”Dulu, luwak banyak dibunuh. Biasanya pakai Timex, racun babi,” cerita Gunawan Supriadi (41), pengusaha kopi luwak di Way Mengaku, Liwa, Lampung Barat, yang dihubungi pada pekan lalu.
Empat tahun terakhir, seiring menggeliatnya industri kopi luwak rumah tangga di Liwa, hewan penghasil kopi enak itu pun mendadak jadi populer dan diburu. Seekor luwak jenis musang bulan kini bisa dihargai Rp 500.000. Untuk jenis yang mulai langka, yaitu luwak binturung atau sering disebut musang pandan, harganya mencapai Rp 1 juta per ekor.
Itulah sebabnya sekarang luwak liar semakin jarang ditemui di Lampung Barat. ”Saya juga sudah jarang menemui kotoran luwak di kebun-kebun,” ujar Burzan Barnau (45), petani kopi di Lombok Seminung, Lampung Barat. Padahal, tambahnya, pada masa-masa kecilnya dulu, luwak dan kotorannya sering dijumpai di kebun-kebun kopi.
Wartawan
Berkembangnya kopi luwak Liwa berawal dari kedatangan sejumlah wartawan televisi asing dari Hongkong tiga tahun lalu. ”Mereka datang ke sini untuk mencari kopi luwak hutan. Dari situ, lalu saya tahu bahwa (kopi luwak) ternyata dicari dan harganya mahal,” ujar Sukardi, ketua kelompok perajin kopi luwak Pesagi Mandiri.
Sejak itu pula Sukardi mengaku mulai menekuni bisnis kopi luwak. Ia pun kemudian mencari hewan tersebut untuk dipelihara. Kini sudah ratusan luwak yang dimilikinya di Way Mengaku, Liwa.
Di Way Mengaku, industri kopi luwak tidak didominasi perusahaan nasional atau pemilik modal kuat. Mulai dari hulu ke hilir, industri tersebut digerakkan warga setempat dalam skala rumah tangga.
Gang Pekonan di Way Mengaku, misalnya, merupakan salah satu ”perkampungan” kopi luwak. Di kawasan ini terdapat sedikitnya sepuluh perajin. Beberapa di antaranya bahkan sudah memiliki merek dagang dan memasarkan produksinya masing-masing.
Saat ini, di Way Mengaku sedikitnya tercatat empat merek dagang kopi luwak, yaitu Kupi Musong Liwa, Raja Luwak, Ratu Luwak, dan Duta Luwak.
Beralih profesi
Begitu menariknya kopi luwak, berapa warga yang dulunya petani belakangan ini beralih profesi menjadi pebisnis kopi luwak. Sapri (39), misalnya, mengaku meninggalkan pekerjaan bertani sayuran sejak dua tahun lalu. Pekarangan rumahnya kini dihiasi 25 kandang luwak.
Meskipun usahanya masih terkendala pemasaran yang belum stabil, melalui usaha barunya tersebut Sapri sudah memiliki satu mobil Daihatsu Luxio terbaru untuk operasional bisnisnya.
Menurut Gunawan Supriadi, keterbatasan modal hingga kini masih merupakan kendala utama perajin kopi luwak di Way Mengaku. ”Biaya operasionalnya (termasuk pemeliharaan luwak) tinggi sekali, mencapai Rp 1,6 juta per bulan per ekor. Sementara permintaan belum rutin. Tidak sedikit perajin yang gulung tikar karena tidak mampu memutar modal,” katanya.
Masalah lainnya, tambah Sukardi, kopi luwak palsu juga banyak beredar di Indonesia. Di Kota Bandung, Jawa Barat, misalnya, ada sejumlah produsen yang menghasilkan kopi ”mirip” kopi luwak. ”Aromanya juga tajam (seperti kopi luwak), tapi didapatkan dari proses non-alamiah. Itu menggunakan esens, dari bahan kimia. Rasanya sekilas mirip,” ujarnya.
Persoalan tak hanya berhenti di situ. Perajin juga pernah terganjal isu fatwa haram terkait produksi kopi luwak mereka meski akhirnya fatwa itu ditarik. Selain itu, pengajuan hak paten juga dirasakan sangat mahal, mencapai belasan juta rupiah.
Dikendalikan
Harga jual kopi luwak saat ini cukup beragam. Jika dari Liwa para broker atau perantara, termasuk eksportir, bisa membelinya paling mahal Rp 600.000 per kg (bubuk), di kota-kota besar mereka bisa menjualnya hingga Rp 1,5 juta per kg.
Karena itu, tak perlu heran jika di Jakarta, misalnya, secangkir kopi luwak dijual hingga Rp 100.000. Berbeda dengan di Liwa, yang umumnya hanya Rp 15.000 per cangkir.
Di Liwa, tak sedikit perajin yang menjual produksinya secara eceran demi bertahan memutar modal. Kopi luwak mereka kemas dalam sachet-sachet berukuran 10 gram, lalu dijual dengan harga Rp 10.000.
Di daerah itu penyajian kopi luwak (dalam bentuk es) juga kadang dicampur dengan susu atau duren. Kopi ”modifikasi” ini, menurut produksi kopi luwak Ny Sapri, biasanya dipasarkan pada bulan Ramadhan. ”Secangkir kopi luwak aneka rasa dijual Rp 20.000-Rp 30.000,” paparnya.
Bisa dibilang, industri rumah tangga kopi luwak tidak hanya membawa rezeki bagi produsennya, tetapi juga menjadi roda penggerak baru ekonomi di Way Mengaku. Tak sedikit tenaga kerja yang terserap di sektor ini.
Di tengah kondisi terus merosotnya harga kopi di Tanah Air akibat gempuran kopi asal Vietnam dan Brasil, petani kopi di Liwa sepatutnya terus bergairah dan optimistis terhadap kopi luwak. Sebab, buah itu tidak hanya memberi nilai tambah, tetapi juga mampu mengharumkan nama daerah, bahkan negeri ini, di dunia internasional berkat kekhasannya.
(Yulvianus Harjono)
sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/12/19/1359072/Dulu.Dianggap.Hama.Kini.Jadi.Maskot

Kopi Luwak di Lampung

Kopi Luwak di Lampung Tembus Rp600 Ribu/Kg

Nusantara / Rabu, 12 Mei 2010 12:15 WIB
Metrotvnews.com, Bandarlampung:  Harga kopi bubuk luwak (musang) robusta di Lampung cukup mahal bisa menembus Rp600.000/kg. Bahkan harganya bisa meningkat bila di pasarkan ke daerah lain.

"Harga kopi hasil fermentasi itu cukup mahal dan pembelinya merupakan pedagang besar (eksportir) yang akan di jual kepada penikmat kopi baik di dalam maupun luar negeri," kata pemilik peternakan luwak di Way Mengaku, Kabupaten Lampung Barat, Sukardi, Rabu (12/5).

Ia menyebutkan, untuk harga gelondongan biji kopi luwak antara Rp200.000-Rp300.000/kg, sedang biji kopi keringnya mencapai Rp400.000-Rp500.000/kg. Harga kopi itu katanya bertambah mahal setelah menjadi kopi bubuk yang mencapai Rp600.000/kg. Bahkan dapat menembus Rp1 juta/kg bila di pasarkan ke luar daerah.

Sukardi menjelaskan, Lampung Barat meruapakan salah satu daerah penghasil kopi luwak karena daerah itu merupakan sentra kopi robusta terbesar. Menurut dia, budidaya kopi luwak menguntungkan karena binatang ini mampu menghasilkan kopi luwak dengan nilai tinggi dan digemari oleh para pembeli yang datang dari berbagai tempat.

Saat ini, menurut dia, banyak masyarakat baik sendiri-sendiri maupun yang tergabung dalam kelompok yang membudidayakan kopi luwak karena dapat menghasilkan kopi bercitrarasa tinggi. "Selain bercita rasa tinggi, harganya pun cukup mahal," katanya. 

Rata-rata petani mampu menghasilkan kopi luwak sekitar 30-70 kg/panen, dengan penghasilan mencapai Rp15 juta. Di daerah ini tercatat sekitar 15 peternak yang menggalakkan kopi luwak ini.

Luwak mampu menghabiskan tujuh kilogram kopi segar dalam satu malam dan dari tujuh kilogram tersebut, hanya sekitar tiga kilogram yang dimakan oleh luwak karena hanya memakan jenis kopi bermutu. Dari tiga kilogram tersebut bila sudah dikeringkan hanya menjadi tiga ons.

Ia menjelaskan, budidaya kopi luwak juga cukup mahal karena harga binatang itu untuk ukuran dewasa bisa mencapai Rp500 ribu/ekor. Karena itu, ia mengharapkan peran pemerintah daerah dapat memberikan permodalan dan membina para petani kopi luwak. (Ant/ICH)
sumber :
http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/05/12/17612/Kopi-Luwak-di-Lampung-Tembus-Rp600-Ribu/Kg-/

Pesona Kopi Luwak yang Menjadi Buah Bibir

Pasar Kopi Luwak 'Segelap' Warna KopinyaSuhendra - detikFinance


Pesona Kopi Luwak yang Menjadi Buah Bibir
Bisnis Kopi Luwak Yang Menjanjikan
Lampung - Pemerintah boleh bangga dengan kehebatan Kopi Luwak Indonesia yang mampu 'menghipnotis' para pecinta kopi di seluruh dunia seperti di ajang World Expo Shanghai China 2010. Namun kondisi ini justru berlawanan dengan nasib para produsen kopi luwak Liwa Lampung Barat.

Setidaknya sepanjang tahun 2010 ini, para produsen kopi luwak Liwa Lampung Barat mengeluh sulitnya menjual produk kopi luwak-nya. Hal ini diakui oleh beberapa produsen kopi yang ditemui detikFinance di kawasan Way Mengaku Liwa beberapa waktu lalu.

Misalnya saja Sapri pemilik Ratu/Central Luwak yang mengaku saat ini kwintalan biji mentah (gelondongan) kopi luwaknya belum terjual padahal ia harus mendapatkan dana segar untuk memutar bisnis kopi luwaknya. Maklum saja, sekarang sudah bukan lagi musim kopi namun Sapri harus tetap memelihara puluhan ekor musang atau luwaknya dengan biaya pakan yang lumayan menguras kantong.

"Sekarang sebagian musang yang kurus-kurus  kita lepaskan ke hutan, yang saya punya hanya tinggal 30 ekor," katanya saat ditemui detikFinance di kediamannya, Lampung Barat, beberapa waktu lalu.

Ia menuturkan permasalahan utama yang saat ini melilit para produsen kopi luwak di Liwa adalah masalah sertifikasi keaslian produk kopi yang belum jelas juntrungannya. Berbagai upaya oleh produsen untuk meminta bantuan pemerintah termasuk pemda Lampung Barat dan Lampung masih nihil alias belum mendapat respon.

"Padahal kalau ada permintaan skala besar apalagi untuk ekspor. Pembeli mensyaratkan adanya sertifikasi standar internasional untuk memastikan keaslian kopi luwak," jelas Sapri.

Menurut Sapri, kondisi semacam ini tidak jarang rencana order dalam jumlah besar harus gagal di tengah jalan, cuma gara-gara alasan tidak ada sertifikat yang menjamin keaslian kopi luwak.

"Pemerintah yang diatas kita ini, selalu beralasan kami tidak berwenang. Mereka nggak kasih solusi soal sertifikasi ini," tegas Sapri.

Dikatakannya saat ini gaung kopi luwak yang pesonanya sudah begitu luar biasa di masyarakat justru tak menyentuh kesinambungan bisnis kopi luwak di Liwa. Seharusnya, lanjut Sapri, dengan pamor kopi luwak yang sudah terkenal seantero dunia, para produsen bisa merasakan geliat penjualan produk mereka.

"Gaungnya kopi luwak ini memang besar, tapi untuk urusan kesinambungan permintaannya belum terlihat," katanya.

Sehingga kata dia sekarang ini para produsen untuk meyakinkan pembeli mengenai keaslian produk kopi luwaknya dengan cara membawa pembeli ke tempat penangkaran dan menyaksikan langsung proses produksinya.

"Akhirnya kalau mau nunjukin keaslian, ya pantat si luwak itu lah sebagai sertifikatnya," ucapnya tertawa.

Selain masalah sertifikat keaslian, para produsen kopi luwak juga sempat dihadapkan  soal halal atau haram dari  produk kopi luwak. Meski sekarang ini sudah terjawab sebagai produk halal, sebelumnya penjualan kopi luwak sempat merosot karena isu ini.

Bahkan masalah dikotomi antara kopi luwak hasil  penangkaran dengan kopi luwak alam bebas masih saja terjadi. Menurutnya sebagai produsen kopi luwak, produk kopi luwak hasil penangkaran justru lebih terjamin kebersihannya.

Sedangkan kopi luwak hasil pengumpulan kotoran luwak di alam bebas  justru masih diragukan kebersihannya, maklum saja di alam bebas luwak biasanya memakan segala macam makanan termasuk bangkai-bangkai binatang.

"Menurut kami kopi luwak liar rasanya tidak jelas. Para pengumpul petani yang misalnya seminggu hanya dapat 1 Kg, lalu kalau ada permintaan 10 Kg ya terpaksa nyadur (memalsukan)," katanya.

Sapri akhirnya berkesimpulan bahwa pasar kopi luwak saat ini benar-benar masih gelap dari sisi kontinyuitas pembeli skala besar, soal standar keaslian, termasuk perdebatan soal kualitas  kopi luwak penangkaran dengan kopi luwak hasil penangkaran.

Bahkan soal harga pun mengalami hal yang sama, di Liwa sendiri harga kopi luwak dihargai sangat variatif,  ada produsen yang menjual Rp 500.000 per Kg, ada juga  Rp 600-800.000 per kg, atau bahkan ada yang sampai Rp 1 juta per Kg.

"Jadi kopi luwak ini pasarnya gelap sehitam kopinya," ujarnya tertawa.

Hal-hal semacam ini akhirnya berimbas pada para produsen kopi luwak skala kecil di Liwa  yang memiliki penangkaran luwak dibawah 5 ekor. Tak jarang para produsen skala kecil ini menutup usahanya alias bangkrut dan menjual luwak-luwaknya ke produsen yang lebih besar termasuk dirinya.

"Kalau tahun kemarin itu yang coba-coba (bisnis kopi luwak) saya hitung-hitung lebih dari 30 orang, sekarang gulung tikar, yang efektif hanya kami bertiga (Sapri, Gunawan dan Sukardi)," katanya.

Ia mengakui saat ini komoditas kopi luwak masih menjadi konsumsi kalangan tertentu saja karena harganya yang mahal, sehingga tak mengherankan dengan pangsanya kecil namun porsinya diperebutkan banyak produsen, hasilnya nasib produsen kopi luwak seperti sekarang ini.

Sama halnya dengan Sapri,  Sukardi salah satu produsen kopi luwak terbesar di kawasan Liwa dengan bendera Kupi Musong mengatakan hampir setiap hari ada 3-5 orang tamu yang datang ke rumahnya yang tertarik dengan kopi luwak.

Bahkan sudah banyak sekali sampel-sampel kopi luwaknya yang sudah ia kirim ke calon pembeli, namun lagi-lagi pembeli skala besar dengan itensitas kontinyu tak kunjung datang.

Sukardi  juga mengaku masih belum bisa menjawab adanya fenomena bahwa begitu termasyurnya kopi luwak namun yang membeli dalam skala besar dan terus menerus masih nihil. Sukardi menuturkan ia menduga hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu adanya spekulan kopi, yang menginginkan kopi luwak tetap eksklusif di pasaran.

"Kopi luwak ini masih langka, hanya daerah tertentu saja yang memiliki kopi luwak," kata Sukardi.

Ia berharap ada upaya penelitian terhadap produk kopi luwak Lampung Barat terutama dari sisi kualitas bahkan khasiat obat yang selama ini belum diteliti secara ilmiah. Jika  ini dilakukan akan semakin menambah kepercayaan pasar terhadap kopi luwak.

"Misalnya lebih bagus mana kopi luwak kandang, atau kopi luwak hasil hutan, itu yang belum diuji," katanya.

Setali tiga uang dengan Sapri, ia juga mengharapkan agar pemerintah membuat sertifikasi keaslian kopi luwak. Dengan demikian hal ini bisa menjawab adanya keraguan pasar dan menjamin kelangsungan bisnis produksi kopi luwak di Liwa Lampung Barat.

"Sekarang ini saya bingung banyak orang mencari tapi nggak ada yang membeli dalam jumlah besar dan kontinyu," katanya.

Sukardi pun menuturkan ada saja kemungkinan yang terjadi dari masalah pemasaran kopi luwak saat ini. Maklum saja pemasaran kopi luwak masih terbatas dan rentan  mengundang spekulan kopi luwak terutama dari para broker.

"Apa kualitasnya rendah? tapi sampai sekarang nggak ada yang komplain. Apa terlalu banyak broker, apa permainan orang kopi. Sekarang kan pemain kopi luwak banyak, biar  ekslusif kopi dibuang di laut habis semua biar mahal lagi. Kan dari ceritanya pemain kopi nggak banyak," katanya.

Namun terlepas dari itu semua, ia menambahkan saat ini kemampuan produksi kopi luwak di Liwa Lampung Barat bisa mencapai 2 ton kopi per bulan ditopang oleh 20-an produsen kopi luwak. Jika proses pemasaran berjalan dan ditopang oleh permintaan yang kontinyu, maka kopi luwak di Lampung Barat akan menjadi kekuatan ekonomi tersendiri.

Sukardi yang memiliki 40 luwak di penangkaran rumahnya harus berpuas diri dengan hanya menjual ritelan kopi bubuk dengan omset hanya Rp 40 juta per bulan. Sementara produk kopi mentah dalam bentuk kotoran luwak (brenjelan) masih banyak tersisa hingga 3 kwintal sampai saat ini.

"Untuk jualan kopi bubuk saya ada pembeli dari Taiwan yang rutin membeli 10 Kg per minggu," katanya.

Ia juga  mengeluhkan biaya operasional pemeliharaan luwak yang tinggi, maklum saja saat ini sudah tak musim kopi. Sementara penjualan kopi setiap hari belum menentu.

"Pengeluaran untuk 40 ekor musang per harinya sangat besar termasuk makanannya dan perawatannya," katanya.

Sukardi menuturkan peran pemerintah terutama pemerintah daerah  masih sebatas membantu dari sisi promosi kopi luwak, dengan mengikutsertakan para produsen di ajang pameran.

"Kalau pemasaran dan pemodalan  belum," katanya

Sukardi menuturkan dengan segala macam persoalannya, intinya saat ini produsen kopi luwak Lampung Barat masih kesulitan menjual produknya. Bahkan berimbas pada upaya banting harga dari para produsen kopi luwak agar tetap menjaga perputaran uangnya (cashflow).

"Sekarang ini kita kasih harga mahal susah, kasih harga murah orang ragu dan mencibir," katanya.

Seperti diketahui booming produksi kopi Luwak di Liwa Lampung Barat setidaknya sudah mulai ramai pada tahun 2007. Pada waktu itu kopi Luwak mulai dikembangkan secara intensif dengan pola penangkaran.

Kopi luwak itu sendiri telah dikenal pada zaman kolonial Belanda sampai era tahun 1950-an. Pada masa itu sudah diketahui bahwa Luwak merupakan binatang yang gemar memakan buah kopi yang sudah matang dan para petani sering memunguti kotoran buah kopi luwak di alam bebas.

Petani memiliki  keyakinan kopi-kopi tersebut merupakan biji kopi terbaik dan sudah melalui proses fermentasi di dalam lambung luwak secara alami sehingga menghasilkan kopi dengan cita rasa yang khas.
(hen/qom)

sumber :

http://www.detikfinance.com/read/2010/10/11/084113/1460833/480/pasar-kopi-luwak-segelap-warna-kopinya

Cita Rasa Kopi Termahal Di Dunia

Cita Rasa Kopi Termahal Di Dunia

Siapa yg tidak kenal dgn kopi, minuman berwarna hitam yg jika dikonsumsi dipercaya dapat menghilangkan rasa ngantuk bagi peminumnya. Sebagai minuman ekstase berkafein tinggi, kopi menempati peringkat dua dunia, satu tingkat di bawah air putih dalam hal konsumsi. Tak kurang dari 2 juta orang peminum setiap harinya, membuat kopi menjadi komoditas utama terbesar ketiga di bawah minyak bumi dan gas dan itu semua menjadi peluang usaha yg menguntungkan.

Namun sebagian orang mungkin masih terasa asing dgn nama kopi luwak dan peluang usaha nya. Padahal kopi ini mantap diminum tanpa gula, rasa getir dan aroma kopi pun sangat terasa dan kenikmatan kopi luwak sangat manis di mulut.

Kopi luwak banyak ditemui di Sumatera, Jawa serta Sulawesi. Para peneliti riset di Kanada membuktikan, bahwa kandungan protein yg ada di perut Luwak, membuat biji kopi terfermentasi dan matang lebih sempurna. Sehingga, rasa yg dihasilkan jauh lebih enak dan padat dibandingkan kopi-kopi yg lain.

John M Sianturi, pengelolah kopi luwak di Kota Sidikalang-Sumut yg telah beroperasi sejak 2007 lalu menjelaskan, makanan luwak di antaranya adalah buah kopi dan hanya akan makan buah kopi yg benar-benar pilihan. Buah-buah kopi yg telah dimakan oleh luwak itu nantinya akan dicerna dan dibuang lewat kotoran karena biji tersebut tidak bisa dicerna oleh luwak.

“Biji-biji kopi yg telah dikumpulkan dari kotoran luwak tersebut kemudian dijemur setidaknya selama seminggu. Setelah benar-benar kering ditumbuk agar selaput pembungkus biji kopi bisa lepas,” jelasnya.

Sedangkan untuk rasa yg dihasilkan kopi luwak, sangat berbeda dibanding kopi lainnya. Dgn cita rasa yg unik campuran karamel dan coklat. Bagi yg terbiasa menikmatinya, kopi luwak dilukiskan memiliki rasa yg eksotis dan lembut.

Untuk mengumpulkan biji-biji kopi yg telah dimakan luwak atau musang, jelas Jhon yg membentuk Klinik Agribisnis Sukses Tani ini, ia memiliki 19 kelompok tani yg masing-masing terdiri dari 25 orang. Dari petani inilah, biji-biji kopi dikumpulkan dan diprosesnya untuk dapat dikonsumsi.

sumber: www.sinartani.com

Minuman Lezat yang Sempat Terlarang

Kopi, Minuman Lezat yang Sempat Terlarang


Ada cerita menarik berkaitan dengan sejarah kopi. Konon, Raja Gustaff II (1594-1632) dari Swedia pernah menjatuhkan hukuman kepada dua orang bersaudara kembar. Mereka dianggap bersalah dalam suatu tindak pidana yang dituduhkan kepada mereka. Untuk menentukan siapa yang bersalah, sang raja membuat aturan unik dan tak lazim.
Salah seorang hanya diizinkan minum kopi selama hidupnya, sedangkan seorang lagi hanya boleh minum teh. Nah, siapa yang lebih dulu meninggal, dialah yang dianggap bersalah. Ternyata, yang meninggal duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun, meski sudah terlambat, dia ditetapkan sebagai yang bersalah. Sejak saat itulah, orang Swedia dan negara-negara di kawasan Skandinavia menjadi begitu maniak dan fanatik terhadap kopi. Mungkin mereka percaya dengan minum kopi, umur mereka bisa lebih panjang.
Mitos dan Sejarah
Kisah Raja Gustaff II dan aturan minum kopinya hanyalah salah satu kisah unik yang mewarnai perjalanan kopi. Di sejumlah tempat dan negara ada banyak legenda dan kisah mengenai kopi, meski kisah-kisah tersebut bercampur aduk antara mitos dan sejarah. Legenda paling masyhur dalam perjalanan kopi adalah kisah Kaldi dan temuan "biji merah ajaibnya".
Dalam satu kisah disebutkan, sekitar abad ke-3, hiduplah seorang penggembala kambing di Ethiopia bernama Kaldi. Kaldi dikenal sebagai penggembala yang baik dan sangat bertanggung jawab terhadap hewan yang diurusnya. Suatu hari, kambing-kambing tersebut tidak pulang dan Kaldi pun mencarinya. Ketika ditemukan, Kaldi melihat kelakuan aneh diperlihatkan oleh kambing-kambingnya, berloncatan riang gembira, seperti sedang mabuk.
Tentu saja Kaldi heran dan mencari tahu apa gerangan yang menyebabkan kambing-kambing itu "menari-nari"? Kaldi kemudian tertarik oleh sekumpulan biji-biji berwarna merah mengilap yang ada di semak-semak dan dimakan oleh kambing-kambingnya. Dengan rasa ingin tahu, Kaldi pun mencoba memakan biji-biji tersebut. Sungguh ajaib, beberapa saat kemudian sang penggembala kambing itu menari-nari dengan riang, sama seperti kelakuan kambing-kambingnya.
Saat itu lewatlah seorang pria terpelajar asal kota. Pria bernama Aucuba itu merasa mengantuk, lelah, dan lapar. Aucuba kebetulan menyaksikan "aksi gila" Kaldi dan kambing-kambingnya. Saking laparnya, Aucuba pun mencoba makan biji merah yang dimakan Kaldi. Tak berapa lama, Aucuba merasa tubuhnya jadi segar, tenaganya pulih, rasa mengantuknya hilang, dan siap melanjutkan perjalanannya.
Ia pun membawa beberapa biji merah ke kota dan mencampurnya dengan makanan lain. Ia juga menggunakan biji merah itu sebagai bahan pencampur bagi minuman para biarawan agar bisa tetap terjaga selama berdoa. Ia juga menyebarkan biji-biji merah yang ajaib itu ke kota dan biara lain. Aucuba pun jadi orang kaya. Sedangkan, kisah Kaldi dengan kambing-kambingnya tak ada kelanjutannya.
Peran Pedagang Arab
Terlepas dari berbagai legenda, mitos, dan klaim berbagai pihak, sejarah mencatat penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di Arab pada abad ke-15. Untuk jangka waktu yang lama, perdagangan komoditi yang berkelas tersebut dijaga dengan sangat ketat, para petani Arab berusaha dengan berbagai cara untuk menghentikan negara lain memperoleh biji kopi mereka yang berharga. Sejalan dengan waktu, biji kopi serta potongan tanaman tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai "anggur arab" .
Dari dunia Muslim, kopi menyebar ke Eropa, di mana minuman ini menjadi populer selama abad ke-17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa dan pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690 karena tanaman atau biji mentahnya tidak diizinkan keluar kawasan Arab. Kemudian, berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda.
Kopi pun dengan cepat menyebar ke Eropa. Meski masyarakat Italia sudah mengenal kopi sejak abad ke-10, namun pembukaan kedai kopi pertama, Botega Delcafe di Italia, baru terjadi pada tahun 1645. Kedai kopi itu kemudian menjadi pusat pertemuan para cerdik pandai di negeri pizza tersebut. Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair.
Pada abad ke-18, misionaris (utusan), para pedagang serta kolonis memperkenalkan kopi pada Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Lingkungan alamnya yang alami terbukti merupakan tempat yang tepat untuk bertanam kopi sehingga kopi dapat tumbuh menyebar dengan cepat.
Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Ketika kopi mencapai kawasan koloni Amerika, pada awalnya tidak sesukses di Eropa karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Akan tetapi, selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat cukup tinggi, sampai para penyalur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis, sebagian hal ini didasari oleh menurunnya persediaan teh oleh para pedagang Inggris.
Minuman Terlarang
Perjalanan kopi menjadi minuman yang paling digemari penduduk bumi memang tidak mulus. Ada masa-masa di mana kopi menjadi produk yang kehadirannya "diharamkan". Pada tahun 1511, karena efek rangsangan yang ditimbulkan, dilarang penggunaannya oleh para imam konservatif dan ortodoks di majelis keagamaan di Mekah, Arab Saudi. Akan tetapi, karena popularitas minuman ini, larangan tersebut pada tahun 1524 dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari Kesultanan Utsmaniyah Turki. Di Kairo, Mesir, larangan yang serupa juga disahkan pada tahun 1532, di mana kedai kopi dan gudang kopi ditutup.
Seabad kemudian, tepatnya pada tahun 1656, Wazir Kerajaan Usmaniyah mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, melainkan menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi, bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk meminta cerai.
Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan, minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang, melainkan juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Alasannya, kopi adalah "komoditas politik" kaum muslim dalam upaya menggeser popularitas anggur yang sejak lama sudah dikenal dan identik dengan kaum Katolik.
Larangan juga diberlakukan di Rusia, meski lebih bersifat "diskriminatif" dan menjaga wibawa aristokrasi kopi. Karena dianggap bergengsi sebagai minuman, Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.
Kopi di Indonesia
Pada awalnya, kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka. Awalnya, pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi, dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu, kopi juga ditanam di Timor dan Flores. Kedua pulau ini pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi arabika. Kopi ini tidak terserang hama.
Menurut situs wikipedia, pemerintah Belanda kemudian menanam kopi liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi liberika sedikit lebih besar dari biji kopi arabika dan kopi robusta.
Bencana alam, Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh, dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi arabika. Sedangkan, di Jawa Timur (Kayu Mas, Blewan, dan Jampit) umumnya adalah kopi robusta. Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi arabika dan robusta. Kopi robusta tumbuh di daerah rendah, sedangkan kopi arabika tumbuh di daerah tinggi.
Saat ini, kopi merupakan minuman ke-2 yang dikonsumsi di seluruh dunia, setelah air. Finlandia merupakan negara yang konsumsi per kapitanya paling tinggi, dengan rata-rata konsumsi per orang sekitar 1400 cangkir setiap tahunnya!
Kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. FAO memperkirakan, pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun.
sumber :
http://netsains.com/2008/03/kopi-minuman-lezat-yang-sempat-terlarang/

Kopi Cegah Kanker

Kopi Cegah Kanker Rahim
By admin
Tuesday, September 02, 2008 00:01:00 Clicks: 559 Send to a friend Print Version

Selasa, 02 September 2008 00:01 WIB

Kopi Cegah Kanker Rahim

Perempuan yang ingin menghindari penyakit kanker rahim sebaiknya sering-sering minum kopi. Demikian hasil penelitian Pusat Kanker Nasional Jepang.

Peneliti mengambil sampel dari 54 ribu perempuan berusia 40 hingga 69 tahun selama 15 tahun. Mereka memilah-milah perempuan itu ke dalam kelompok-kelompok untuk menghitung jumlah kopi yang mereka tenggak.

Hasil penelitian membuktikan kelompok perempuan yang meminum kopi lebih dari tiga cangkir per hari memiliki kecenderungan lebih rendah 60% terkena kanker rahim jika dibandingkan dengan kelompok perempuan yang hanya meminum kopi dua gelas dalam seminggu.

Kopi memiliki pengaruh menurunkan hormon insulin, yang mampu menimbulkan kanker rahim, demikian pernyataan hasil penelitian itu.

Tim penelitian juga mempelajari pengaruh setelah meminum teh hijau, tetapi hasilnya tidak berpengaruh pada kanker rahim.

Menurut data Badan Pengawasan Penyakit AS, kanker rahim merupakan peringkat keempat kanker yang paling sering menimpa perempuan. (AFP/*/X-5)

Sumber: Media Indonesia Online
http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MjcyNTE=

Sejarah Kopi

Asal Kata Kopi
Kata kopi atau coffee berasal dari bahasa Arab qahwah, yang berarti kekuatan. Kemudian kata kopi yang kita kenal saat ini berasal dari bahasa Turki yaitu kahveh yang kemudian belakangan menjadi koffie dalam bahasa Belanda dan coffee dalam bahasa Inggris. Kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi.
Sejarah Penyebaran Kopi
Menurut legenda, kopi diawali dari dataran tinggi Ethiopia sekitar tahun 800. Seorang gembala kambing bernama Kaldi, mengamati kambing gembalaannya yang gemar memakan sejenis buah beri yang membuat kambing-kambing tersebut jadi lebih bersemangat untuk beberapa saat. Ia pun mengamati bahwa setelah memakan buah beri tersebut, kambing-kambingnya tidak mau beristirahat maupun tidur pada malam harinya. arena penasaran, ia mencoba biji tanaman tersebut dan merasakan efek semangat serta gembira. Akhirnya penemuan ini menyebar dari mulut ke mulut.
Tanaman kopi berasal dari dataran tinggi di Ethiopia, yang pada saat itu merupakan tanaman liar di Ethiopia. Lalu tanaman kopi dari sini dikembangkan di Semenanjung Arab sekitar abad ke-15, yang terkenal menjadi Kopi Arabika . Kopi Arabika saat ini menjadi jenis kopi yang paling banyak diproduksi di dunia yaitu mencapai lebih dari 60 persen produksi kopi dunia.
Pada tahun 1610, tanaman kopi pertama ditanam di daerah India. Bangsa Belanda mulai mempelajari pengembangbiakan kopi pada tahun 1614. Lalu pada tahun 1616, mereka berhasil memperoleh bibit dan tanaman kopi yang subur dan langsung mendirikan perkebunan kopi di Srilanka dan tanah Jawa (Indonesia) pada tahun 1699. Kemudian oleh bangsa Belanda, tanaman ini disebar ke koloni Belanda di Amerika Tengah seperti di Suriname dan Kepulauan Karibia. Kemudian bangsa Perancis juga tertarik dengan perdagangan kopi ini. Mereka membeli bibit kopi dari Belanda lalu dikembangkan di Pulau Réunion sebelah timur Madagaskar. Namun mereka gagal mengembangkan kopi di sini. Lalu pada tahun 1723, bangsa Perancis mencoba mengembangkan tanaman kopi di daerah Pulau Martinik. Pada tahun 1800-an, tanaman kopi dikembangkan di Hawaii. Belakangan tanaman ini juga dikembangkan di Brasil dan daerah-daerah lainnya.
Kopi Masuk ke Indonesia
Bangsa Belanda berhasil membudidayakan sekaligus menyebarkan luaskan kopi dari perkebunan di Indonesia, terutama dari tanah Jawa, Sumatra dan Sulawesi.Tanaman eksotis ini menyebar ke negara-negara jajahan Eropa serta ditanam di rumah-rumah kaca maupun perkebunan di seantero Austria dan Belanda. Bangsa Belanda berhasil memperdagangkan kopi ke seluruh pecinta kopi di Eropa secara lebih efisien dibanding para pedagang Arab melalui cara menanam, memanen serta memperdagangkannya ke seluruh pecinta kopi di dataran Eropa.

sumber : http://aromakopiluwak.wordpress.com/category/artikel-tentang-kopi/

Kopi Luwak Salah Satu Kopi Termahal di Dunia

 Kopi Luwak, Salah Satu Kopi Termahal di Dunia

Kopi luwak atau dalam bahasa Inggris disebut Civet Coffee adalah salah satu kopi termahal di dunia. Kopi ini berasal dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan hewan luwak (Paradoxurus Hermaphroditus), yakni sejenis musang yang dapat kita temukan di Sumatera bagian selatan dan beberapa daerah di Jawa.

Luwak adalah hewan yang senang mengkonsumsi buah-buahan. Salah satu buah kegemaran luwak adalah buah kopi. Namun buah kopi yang dimakan oleh luwak bukanlah buah kopi sembarangan. Luwak memiliki insting yang sangat baik dalam mencari buah kopi pilihan. Di dalam saluran pencernaan luwak, daging kopi dicerna, sedangkan biji kopi terfermentasikan dan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi yang ada di kotoran luwak inilah yang dikumpulkan oleh para petani untuk selanjutnya dibersihkan dan dijadikan minuman kopi luwak yang nikmat.
Meskipun diambil dari kotoran luwak, kopi luwak sangat spesial di mata para penikmat kopi. Kopi ini sangat tersohor, bahkan hingga ditayangkan di acara Oprah Winfrey Show. Di negeri Paman Sam kopi ini dijual seharga $50.00 tiap cangkirnya. Bahkan di Ingris setelah diracik bersama Jamaica Blue Mountain oleh Peter Jones, kopi ini laku seharga 50 poundsterling atau hampir Rp 1 juta rupiah. Untuk saat ini hasil panen luwak kurang dari 200 KG per tahun. Dan kemungkinan besar kopi ini akan semakin sulit ditemukan seiring dengan makin langkanya luwak yang diburu karena dagingnya dipercaya dapat mengobati penyakit asma. Kelangkaan kopi luwak ini mendorong maraknya penjualan kopi luwak oplosan.


Di Indonesia sendiri Kopi Luwak menjadi merek dagang dari sebuah perusahaan kopi yang memasarkan produknya melalui kafe atau kedai di Mall Atrium di daerah Senen atau Mall Ciputra di Grogol.

Kata pencarian untuk artikel ini:kelebihan kopi luwak, keunggulan kopi luwak, artikel kopi luwak, kopi termahal di dunia, makalah tentang kopi luwak, memproses kopi segar, makalah kopi luwak, kelebihan kopi luak, artikel tentang kopi luwak, makalah kopi luak

sumber :
http://www.tunardy.com/kopi-luwak-salah-satu-kopi-termahal-di-dunia/

Kopi Luwak : Kopi Termahal

Kopi Termahal
Satu jenis kopi yang tidak biasa dan sangat mahal harganya adalah sejenis Arabica dan robusta di Indonesia yang dinamakan kopi luwak. Kopi ini dikumpulkan dari kotoran luwak, yang proses pencernaanya memberikan rasa yang unik. Kopi jenis ini sangat spesial karena Luwak atau musang secara alamiah memilih biji kopi yang telah masak untuk dimakan. Biji kopi yang tidak tercerna akan keluar bersama feses luwak.
Kopi Luwak adalah jenis Kopi dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan binatang bernama luwak. Kemasyhuran kopi ini telah terkenal sampai luar negeri. Bahkan di Amerika Serikat, terdapat kafe atau kedai yang menjual kopi luwak (Civet Coffee) dengan harga yang cukup mahal. Kopi yang dikais dari kotoran luwak ini bisa mencapai harga AS$100 per 450 gram. Hanya saja kebenaran kopi yang dijual adalah benar-benar kopi luwak masih dipertentangkan.
Kemasyhuran kopi ini diyakini karena mitos pada masa lalu, ketika perkebunan kopi dibuka besar-besaran pada masa pemerintahan Hindia Belanda sampai dekade 1950-an, di mana saat itu masih banyak terdapat binatang luwak sejenis musang.
Binatang luwak senang sekali mencari buah buahan yang cukup baik termasuk buah kopi sebagai makanannya. Biji kopi dari buah kopi yang terbaik yang sangat digemari luwak, setelah dimakan dibuang beserta kotorannya, yang sebelumnya difermentasikan dalam perut luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan difermentasikan secara alami. Dan menurut keyakinan, rasa kopi luwak ini memang benar benar berbeda dan spesial dikalangan para penggemar dan penikmat kopi. Namun binatang Luwak saat ini sekarang sukar untuk ditemukan. Dagingnya yang dipercaya dapat mengobati penyakit Asma membuat hewan ini terus diburu. Disayangkan kenikmatan kopi yang berasal dari memungut biji-biji kopi dari kotoran Luwak hanya tinggal mitos.
“Kopi Luwak” sekarang telah menjadi merek dagang dari sebuah perusahaan kopi. Umumnya, kopi dengan merek ini dapat ditemui di pertokoan atau kafe atau kedai seperti di Mall Atrium di daerah Senen , atau Mall Ciputra, Grogol, Jakarta yang terdapat Cafe “Kopi Luwak”. Namun belum tentu racikan kopi yang dijual disana benar-benar berasal dari Luwak atau tepatnya “kotoran” Luwak Kopi Luwak adalah jenis Kopi dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan binatang bernama luwak. Kemasyhuran kopi ini telah terkenal sampai luar negeri. Bahkan di Amerika Serikat,  terdapat kafe atau kedai yang menjual kopi luwak (Civet Coffee) dengan harga yang cukup mahal. Kopi yang dikais dari kotoran luwak ini bisa mencapai harga AS$100 per 450 gram. Hanya saja kebenaran kopi yang dijual adalah benar-benar kopi luwak masih dipertentangkan. Kemasyhuran kopi ini diyakini karena mitos pada masa lalu, ketika perkebunan kopi dibuka besar-besaran pada masa pemerintahan Hindia Belanda sampai dekade 1950-an, di mana saat itu masih banyak terdapat binatang luwak sejenis musang.
Binatang luwak senang sekali mencari buah buahan yang cukup baik termasuk buah kopi sebagai makanannya. Biji kopi dari buah kopi yang terbaik yang sangat digemari luwak, setelah dimakan dibuang beserta kotorannya, yang sebelumnya difermentasikan dalam perut luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan difermentasikan secara alami. Dan menurut keyakinan, rasa kopi luwak ini memang benar benar berbeda dan spesial dikalangan para penggemar dan penikmat kopi. Namun binatang Luwak saat ini sekarang sukar untuk ditemukan. Dagingnya yang dipercaya dapat mengobati penyakit Asma membuat hewan ini terus diburu. Disayangkan kenikmatan kopi yang berasal dari memungut biji-biji kopi dari kotoran Luwak hanya tinggal mitos. “Kopi Luwak” sekarang telah menjadi merek dagang dari sebuah perusahaan kopi. Umumnya, kopi dengan merek ini dapat ditemui di pertokoan atau kafe atau kedai seperti di Mall Atrium di daerah Senen , atau Mall Ciputra, Grogol, Jakarta yang terdapat Cafe “Kopi Luwak”. Namun belum tentu racikan kopi yang dijual disana benar-benar berasal dari Luwak atau tepatnya “kotoran” Luwak

Sumber : http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/01/24/kopi-minuman-nikmat-berkhasiat-kenali-bahayanya/#comment-159

Tips Sehat Minum Kopi

“7 Tips Sehat Minum Kopi”

1. Dosis
Memang belum ada ukuran yang pasti untuk dosis kopi yang boleh dikonsumsi orang. Namun kebanyakan penelitian mengungkapkan bahwa minum 300 mg caffeine (sekitar 1 sampai 3 cangkir kopi sehari) tidak memberikan efek negative pada kebanyakan orang sehat.

2. Sinyal Bahaya

Ketika mereguk kopi memang terasa nikmat, namun sering kali diikuti dengan sejuta rasa bersalah. Kenali sinyal bahaya kopi sehingga kita tahu kapan harus berhenti minum kopi. Sinyal bahaya itu antara lain: gelisah, jantung berdebar, gangguan tidur dan gangguan mood (mis: cepat marah). Seorang peminum kopi yang menghentikan kebiasaan minum kopinya dapat mengalami “caffeine withdrawal” yang ditandai oleh sakit kepala berdenyut, namun gejala ini akan hilang setelah 24-48 jam atau mendapat caffeine dosis baru.

3. Dengarkan Respon Tubuh

Setiap orang memiliki batasan sendiri mengenai konsumsi caffeine. Kebanyakan orang dapat mengkonsumsi 2 cangkir kopi sehari tanpa masalah. Namun ada pula yang mengalami efek buruknya dengan jumlah konsumsi kopi yang sama. Ada yang bercerita setelah minum secangkir kopi menjadi tak dapat tidur sepanjang malam, sebaliknya ada yang tertidur pulas setelah minum kopi. So, cara terbaik adalah dengarkan respon tubuh sendiri!
4. Kenali Kandungan Caffeine
Setelah mengetahui dosis dan respon tubuh, ada baiknya kita mengetahui kandungan caffeine dalam produk-produk yang sering kita konsumsi. Agar jangan sampai dosis kopi yang dianjurkan sudah tercapai, namun kita masih mengkonsumsi produk-produk lain yang mengandung caffeine sehingga merasakan efek buruk kopi. Beberapa produk lain yang perlu diperhatikan kandungan caffeine seperti misalnya : softdrink, permen kopi, teh, coklat, obat sakit kepala.
Cara pengolahan (roasting dan brewing) juga berpengaruh terhadap kandungan caffeine dalam kopi. Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan, secangkir kopi di Starbucks mengandung rata-rata 259 mg caffeine dibandingkan dengan kopi dengan jenis dan ukuran cangkir yang sama di Dunkin Donuts yang hanya mengandung 149 mg caffeine.
Dari penelitian lain, kopi decaf (kopi tanpa caffeine) baik untuk mereka yang mengalami obesitas karena dapat meningkatkan HDL (kolesterol “baik”) sekitar 50%. Sedangkan pada mereka yang tidak mengalami obesitas justru dapat menurunkan kolesterol HDL ini yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung.

5. Coffee Mix

Lima milligram kalsium hilang untuk setiap 6 ons kopi yang dikonsumsi. Namun kehilangan kalsium ini dapat diatasi dengan menambahkan 2 sendok susu atau membuat espresso latte. Sedangkan campuran kopi dengan alkohol kurang baik terutama pada orang dengan gangguan hati dan campuran kopi dengan cream juga sebaiknya dihindari untuk mengurangi kalori yang berlebih. Caffeine juga berinteraksi dengan beberapa jenis obat. Bagi yang sedang mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan ke dokter.
Banyak yang beranggapan teman terbaik kopi adalah rokok. Eits, jangan salah. Seorang peminum kopi sejati tidak merokok! Rokok dapat mengurangi nikmatnya ngopi lho…

6. Kelompok Anti-Kopi

Kelompok berikut disarankan untuk menghindari kopi: wanita hamil, anak-anak, orang tua, orang dengan penyakit jantung dan pembuluh darah (mis: hipertensi). Nah, kalau sudah termasuk kelompok ini, lupakan kopi!

7. Check Up

Lakukan pemeriksaan berkala terhadap kesehatan, dalam hal ini adalah ukuran tekanan darah. Semakin dini hipertensi diketahui, akan semakin baik untuk penatalaksanaan selanjutnya. JNC VII mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut :
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 Dan <80
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stage 2

Sumber : http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/01/24/kopi-minuman-nikmat-berkhasiat-kenali-bahayanya/#comment-159

Manfaat Kopi

Manfaat kesehatan
Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein.
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan kafein dalam kopi adalah 1-1,5%, sedangkan pada teh 1-4,8%.
Kafein bekerja dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel syaraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin.
Dalam dunia kedokteran, kafein sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung dan meningkatkan produksi urin. Dalam dosis yang rendah kafein dapat berfungsi sebagai bahan pembangkit stamina dan penghilang rasa sakit. Mekanisme kerja kafein dalam tubuh adalah menyaingi fungsi adenosin (salah satu senyawa yang dalam sel otak bisa membuat orang cepat tertidur).
Dimana kafein itu tidak memperlambat gerak sel-sel tubuh, melainkan kafein akan membalikkan semua kerja adenosin sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, sedikit gembira, mata terbuka lebar, jantung berdetak lebih kencang, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. Itulah sebabnya berbagai jenis minuman pembangkit stamina umumnya mengandung kafein sebagai bahan utamanya. Setelah terbukti meningkatkan kemampuan otak, membunuh bakteri di mulut dan mencegah infeksi saluran kemih, peneliti menemukan satu lagi manfaat kopi. Kopi terbukti bisa memperlambat penyebaran penyakit liver atau hepatitis C. Sebanyak 766 pasien penyakit liver (hepatitis C) dilibatkan dalam studi tersebut. Mereka diminta peneliti untuk mengonsumsi kopi, teh hijau dan teh hitam. Selama 4 tahun studi, pasien pun dimonitor keadaannya setiap 3 bulan sekali. Biopsi liver diambil pada bulan ke-18 dan tahun ke 3,5 untuk mengetahui progres dari penyakit liver. Setelah studi selesai, peneliti menarik kesimpulan bahwa pasien yang minum tiga gelas kopi tiap harinya bisa memperlambat penyebaran penyakit liver hingga 53 persen. Sementara itu, teh hijau dan teh hitam justru tidak memiliki efek apa-apa. Hasil penemuan ini rencananya akan dipublikasikan dalam Journal Hepatology bulan November mendatang. “Memberikan kopi pada penderita hepatitis C dalam jumlah banyak ternyata bisa memperpanjang umur seseorang yang sudah memiliki penyakit hepatitis C kronis. Namun faktor lain seperti obat-obatan juga sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan,” jelas Neal Freedman dari U.S. National Cancer Institute seperti dikutip dari Healthday. Saat ini, virus hepatitis C atau Hepatitis-C Virus (HCV) menginfeksi sekitar 3 juta warga Amerika. Virus ganas ini berkembang tanpa ada ciri-ciri yang terdeteksi, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Berdasarkan US Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 8.000 hingga 10.000 orang pun meninggal dunia tiap tahunnya. Di Indonesia sendiri diperkirakan ada 7 juta orang yang mengidap virus ini, namun hingga kini belum ada vaksin yang bisa mencegah penularannya karena sifat virusnya yang sangat mudah bermutasi
Peneliti menganalisis hasil 18 studi yang melibatkan ratusan hingga ribuan orang partisipan. Studi tahun 2005 menyebutkan seseorang yang lebih sering minum kopi, kemungkinan kena diabetesnya sepertiga lebih rendah daripada mereka yang jarang minum kopi. Dr Rachel Huxley dari The University of Sydney, Australia melakukan survei data tentang studi kopi dan teh sejak tahun 1966 hingga 2009 pada penderita diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang dikaitkan dengan obesitas dan mempengaruhi 8 persen populasi Amerika. Seperti dikutip dari Reuters, kesimpulan dari hasil analisis tersebut adalah, setiap cangkir kopi yang diminum seseorang bisa mengurangi risiko diabetes hingga 7 persen. Dari enam studi yang ada, diketahui bahwa mengonsumsi 3 hingga 4 cangkir kopi sehari bisa menurunkan risiko diabetes sampai 36 persen.Sementara itu tujuh studi lainnya menunjukkan bahwa minum teh sebanyak 3 hingga 4 cangkir sehari bisa juga mengurangi diabetes hingga 18 persen. Peneliti menduga bukan hanya kafein yang membantu proses pengurangan risiko diabetes.



















Sumber :
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/01/24/kopi-minuman-nikmat-berkhasiat-kenali-bahayanya/





Loewak Koffie

Kopi luwak adalah,buah kopi yang matang di pohonnya yang dimakan oleh binatang yang benama Luwak (Musang) setelah mengalami proses fermentasi secara alamiah didalam perut luwak selama 8-12 jam  kemudian faces/kopi tersebut dikeluarkan kembali dalam keadaan utuh,jadi didalam pencernaan perut luwak biji kopi tersebut tetap utuh tidak tercerna karena keras,Luwak hanya memakan kulit kopi luarnya saja,namun ditelan beserta dengan biji kopi nya,setelah keluar (faces-nya)kopi masih utuh bentuk biji kopi,Ekstak biji kopi inilah yang di sebut dengan kopi luwak.

Proses fermentasi didalam perut Luwak inilah yang yang membuat rasa kopi luwak ini begitu sangat berbeda dengan kopi lain,dengan aroma nya yang khas, lebih harum,wangi,rasa nya lebih enak dan nikmat,kenikmatan citra rasa kopi luwak tidak ada tandingnya,makanya Kopi Luwak ini memiliki level dan kelas tersendiri,sehingga kopi luwak di juluki sebagai Kopi termahal didunia Dengan Harga US$ 150/kg. Kopi luwak made in indonesia sudah terkenal ke seantero dunia,dengan kualitas terbaik diantara kopi luwak tailand dan filifina.
Luwak sebagai binatang  yang memakan tumbuh-tumbuhan,buah-buahan dan makanan pokoknya kopi  gelondongan,Luwak tak sembarangan dalam memakan dan menelan biji kopi,Luwak sangat selektif  dalam memilih biji kopi ,ia hanya memakan biji kopi yang berkualitas, yang sudah tua,matang di pohon,dengan tingkat  kematangan yang sempurna,warna merah ranum dan ber-aroma harum. Dalam sekali makan seekor luwak mampu memakan sekitar 2-4Kg biji kopi gelondongan,setelah melalui proses permentasi didalam perut luwak,biji kopi tersebut dikeluarkan kembali  bersama faces-nya,kemudian dicuci bersih,dijemur hingga kering,disanggrai (roast) dan digiling,...Ternyata dari sekitar 15Kg biji kopi yang dimakan luwak,pada proses paling akhir setelah mengalami proses penyortiran dan adanya penyusutan  yang dihasilkan hanya sekitar 3kilogram saja yang dinyatakan sebagai kopi luwak berkualitas sempurna,
Kopi luwak bukan hanya sekedar produk komoditi,tapi sebuah live style bagian dari gaya hidup,selama ini yang bisa menikmati  hanya kelas tertentu saja,high class,kaum jet-set,ekspatriat,big boss,pengusaha,pejabat tinggi,dan sellebritis,salah satu nya artis cantik indo belanda Cinta Laura Koehn.beliau penikmat sejati kopi luwak,kini kopi luwak sudah tersedia di kafe-kefe berkelas,hotel berbintang,degan bandrol harga @ Rp200.00,-percangkir,woow sebuah harga yang sangat fantastis,..,,ya Itulah Kopi Luwak.Kopi Termahal di dunia