Monday, February 21, 2011

Halal jika Dicuci

Kopi Luwak Halal jika Dicuci
Penulis: Icha Rastika | Editor: A. Wisnubrata
Selasa, 20 Juli 2010 | 17:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Melalui fatwa nomor 4, 20 Juli 2010, Majelis Ulama Indonesia atau MUI menyatakan bahwa kopi luwak, yakni kopi yang diolah dari biji kopi yang diambil dari kotoran hewan luwak (musang), termasuk halal atau boleh dikonsumsi umat Islam. Namun, biji kopi luwak harus melalui pencucian terlebih dahulu sebelum dapat dikatakan halal.
"Statusnya biji kopi luwak adalah mutanajis, artinya suatu benda yang terkena najis. Mutanajis itu jika dibersihkan, dicuci, maka biji kopi itu suci, halal, bisa dikonsumsi," ujar Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Aminudin Yakub, Selasa (20/7/2010).

Musang Liar Lebih Enak

Kopi Luwak dari Musang Liar Lebih Enak
Editor: Ignatius Sawabi
Selasa, 20 Juli 2010 | 14:32 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com - Kopi luwak yang diproduksi dari musang liar, tampaknya lebih diminati dibanding dari musang yang diternakkan karena cita rasanya berbeda, kata  Manager Director Morning Glory Cafe Cofee, Michael Utama.       "Kami menyediakan kopi luwak yang berasal dari musang liar, karena menurut para penggemar kopi musang liar mempunyai cita rasa yang khas, sedangkan untuk musang yang diternakan biasa saja," tutur Michael di Bandung, Selasa (20/7/2010).       Oleh karena cita rasanya yang khas, maka kopi luwak diproduksi dari musang liar harganya lebih mahal. Produksi kopi luwak di  Jawa Barat hanya 1 persen per tahun, itupun permintaan banyak datang dari warga negara asing yang berkunjung ke Bandung," katanya.       Ia mengambil kopi luwak paling banyak dari daerah Sumendang dan Pangalengan. Setiap bulan di Cafe itu menghabiskan sekitar 300 gram kopi.       Kopi luwak yang banyak diminati konsumen pada umumnya, yakni kopi luwak yang berasal dari musang liar atau yang tidak diternak, harga satu kilogram kopi luwak liar bisa mencapai Rp6 juta per kilogram kopi bubuk. Sedangkan kopi luwak yang berasal dari luwak diternakan harganya sekitar Rp1 juta perkilogram kopi bubuk, tambahnya.       Di Bandung sendiri hingga kini baru ada dua kedai kopi luwak, tambahnya. "Untuk Indonesia konsumsi atau produksi kopi luwak yakni sekitar 1-5 persen per tahunnya, hal ini dikarenakan harganya yang sangat mahal. Jadi tidak dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat yang menyukai kopi," ujar Micahel.
sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/07/20/14324683/Kopi.Luwak.dari.Musang.Liar.Lebih.Enak

Tambah Laris

Dan, Kopi Luwak Pun Tambah Laris
Editor: Ignatius Sawabi
Senin, 2 Agustus 2010 | 08:16 WIB
LIWA, KOMPAS.com — Diskusi panjang tentang halal atau haramnya kopi luwak menguntungkan pedagang komoditas tersebut. Penjualan kopi luak di Kabupaten Lampung Barat meningkat hingga 30 persen meski harganya termasuk mahal, yakni  Rp 200.000-Rp 750.000 per kilogram.      "Belakangan ini masyarakat luas semakin ingin tahu bagaimana rasa kopi luak sesungguhnya sehingga penjualannya meningkat," kata pedagang kopi luwak Wahyudi Santoso di Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat, sekitar 278 km sebelah barat Bandar Lampung, Senin (2/8/2010).      Ia mengatakan, kenaikan penjualan kopi luak itu sangat menguntungkan para petani. Minat tinggi masyarakat terhadap jenis kopi itu juga terlihat pada Pameran Pembangunan Lampung yang dilaksanakan di Bandar Lampung mulai Juli.     "Respons masyarakat luas terlihat di pelaksanaan Lampung Fair itu. Mereka menggali lebih jauh tentang kopi luak, baik peternakan, pembudidayaan, hingga proses menjadi kopi bubuk," katanya.     Ia menyebutkan, dirinya dalam pameran pembangunan itu mampu menjual 70 kg kopi bubuk luak. Kopi luak asal Kabupaten Lampung Barat memiliki mutu tinggi sehingga permintaan komoditas itu cenderung naik dari tahun ke tahun.

Rp 9 Juta Per Kg

Kopi Luwak Arabika Rp 9 Juta Per Kg
Editor: Ignatius Sawabi
Jumat, 6 Agustus 2010 | 11:44 WIB

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com — Pemasaran kopi luwak robusta Lampung yang saat ini volumenya masih kecil perlu penetrasi pasar sehingga kopi hasil fermentasi itu bisa dikenal luas, baik di dalam maupun luar negeri.
"Promosi untuk mencari konsumen, terutama di luar negeri, harus gencar dilakukan pengusaha maupun petani yang membudidayakan kopi luwak," kata Ketua Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung Muchtar Lutfie.
Menurut dia, peningkatan kualitas serta cita rasa khas kopi luwak juga harus dipertahankan agar konsumen berminat membeli. Kontinuitas produksi, menurut Muchtar, harus stabil tidak lebih ataupun berkurang. "Kopi luwak adalah kopi spesial sehingga mutu, cita rasa dan kontinuitas produksi harus terjaga," ujarnya.
Saat ini konsumen kopi luwak robusta Lampung di dalam negeri masih sedikit karena  sulit didapat dan harganya mahal. Menurut dia, konsumen kopi luwak robusta di luar negeri  hingga saat ini belum ada karena itu perlu promosi terus-menerus.

untuk Obat Sakit Kepala

Kopi Luwak untuk Obat Sakit Kepala
Editor: Ignatius Sawabi
Senin, 16 Agustus 2010 | 08:47 WIB
LIWA, KOMPAS.com — Kabupaten Lampung Barat juga terus memproduksi kopi luwak karena permintaan kopi itu cukup besar. "Kopi luwak memiliki khasiat besar untuk kesehatan," kata Sapri, pengusaha kopi luwak di Keluharan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat, Senin (16/8/2010).     Dia mengatakan, jumlah pelanggan kopi luwak semakin bertambah. "Sedikit demi sedikit pelanggan saya bertambah. Mereka rata-rata ingin menikmati kopi luwak sekaligus mengobati keluhan sakit kepala dan sakit lainnya," katanya.      Karena kopi luwak diyakini bermanfaat bagi kesehatan, penjualan kopi itu meningkat sehingga menambah keuntungan pengusaha kopi luwak.      Kopi luwak Lampung Barat memiliki mutu yang tinggi. Harga kopi bubuk luwak mencapai Rp 750.000 per kg
sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/08/16/08472093/Kopi.Luwak.untuk.Obat.Sakit.Kepala

Dulu Jijik Sekarang Diburu

Kopi Luwak, Dulu Jijik Sekarang Diburu
Editor: yuli
Selasa, 24 Agustus 2010 | 05:22 WIB

LIWA, KOMPAS.com - Sebagian warga Lampung Barat melakukan kegiatan ngelahang atau mencari biji kopi bercampur kotoran luwak di perkebunan atau hutan karena tergiur harga tinggi.
"Karena kopi luwak begitu mahal, saya tertarik mencari kotoran luwak di area perkebunan atau pun di daerah hutan, dan ternyata kopi luwak yang saya buru, bisa membantu ekonomi keluarga," kata petani kopi, Sumarno (49), warga Pekon (Desa) Way Ngison, Kecamatan Batuketulis, Lampung Barat, sekitar 264 kilometer dari Bandarlampung,  Selasa (24/8/2010).
Dia menjelaskan, memburu kopi luwak cukup menyenangkan karena selain dapat mengisi kekosongan setelah melakukan panen, sekaligus memberi tambahan penghasilan.
Namun, lanjut dia, hasil pencarian kopi luwak tidak menentu kalau nasib sedang baik, dalam satu hari mampu mendapatkan satu hingga dua kilogram kopi luwak, bahkan pernah tidak mendapat sama sekali.
Warga lainya Sulaiman menjelaskan, mencari kotoran luwak tidak begitu sulit. "Mencari kotoran luwak harus memperhatikan mekanisme perburuan dengan mengikuti jejak luwak, mengikuti bekas makan luwak tersebut," tuturnya.

Cerita tentang Kopi Luwak

Cerita tentang Kopi Luwak Lampung
Editor: Heru Margianto


\KOMPAS/YULVIANUS HARJONO Kotoran luwak yang berisi biji-biji kopi dikumpulkan untuk kemudian diolah menjadi kopi luwak di Way Mengaku, Lampung Barat, Provinsi Lampung. Kopi luwak memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi karena banyak digemari penikmat kopi di mancanegara.

KOMPAS.com - Pernah mencicipi minum kopi luwak? Sebutan kopi luwak ini begitu istimewa karena kekhasan proses, kelangkaan, dan citarasa yang unik yang tidak ditemui dalam kopi jenis lainnya.

Kopi luwak memiliki rasa seimbang antara manis, pahit dan asam, terasa lebih lama, "fruty", tidak cacat, tidak "earthy" karena penjaminan kebersihan saat pengumpulan biji kopi.

Selain itu kandungan protein yang rendah pada kopi luwak menghasilkan citarasa yang superior. Itu terjadi karena saat proses pencernaan di perut luwak, protein tercerna dan keluar dari biji kopi. Protein pada kopi menyebabkan rasa bitter saat proses roasting. Jadi semakin rendah kadar protein dalam kopi semakin kurang "bitterness" kopi tersebut.

Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil kopi robusta terbesar di Tanah Air dengan produksi sekitar 140.000 hingga 150.000 ton per tahun. Daerah itu juga selama ini dikenal sebagai salah satu produsen utama kopi Indonesia dan ’pintu gerbang’ utama ekspor kopi Indonesia.

Areal kopi robusta di Lampung seluas 163.000 ha, dan petani yang terlibat dalam budidaya kopi sebanyak 200.000 kepala keluarga.

Bagaimana perkembangan kopi luwak robusta Lampung? Sejak beberapa tahun terakhir sejumlah petani di daerah itu terutama sentra perkebunan kopi seperti Lampung Barat dan Tanggamus mulai mengembangkan budidaya kopi luwak.