Kopi Luwak, Dulu Jijik Sekarang Diburu
Editor: yuli                     
Selasa, 24 Agustus 2010 | 05:22 WIB
 LIWA, KOMPAS.com - Sebagian warga Lampung Barat melakukan kegiatan 
ngelahang atau mencari biji kopi bercampur kotoran luwak di perkebunan atau hutan karena tergiur harga tinggi.
"Karena  kopi luwak begitu mahal, saya tertarik mencari kotoran luwak di area  perkebunan atau pun di daerah hutan, dan ternyata kopi luwak yang saya  buru, bisa membantu ekonomi keluarga," kata petani kopi, Sumarno (49),  warga Pekon (Desa) Way Ngison, Kecamatan Batuketulis, Lampung Barat,  sekitar 264 kilometer dari Bandarlampung,  Selasa (24/8/2010).
Dia  menjelaskan, memburu kopi luwak cukup menyenangkan karena selain dapat  mengisi kekosongan setelah melakukan panen, sekaligus memberi tambahan  penghasilan.
Namun, lanjut dia, hasil pencarian kopi luwak tidak  menentu kalau nasib sedang baik, dalam satu hari mampu mendapatkan satu  hingga dua kilogram kopi luwak, bahkan pernah tidak mendapat sama  sekali.
Warga lainya Sulaiman menjelaskan, mencari kotoran luwak  tidak begitu sulit. "Mencari kotoran luwak harus memperhatikan mekanisme  perburuan dengan mengikuti jejak luwak, mengikuti bekas makan luwak  tersebut," tuturnya.